Yayasan Pusat Inovasi dan Kemandirian Indonesia Raya atau yang biasa disebut Pikir Institut dibantu penyelenggara jasa internet atau ISP, menggelar kegiatan yang memberikan jalan bagi daerah-daerah terpencil atau tertinggal untuk menyediakan infrastruktur telekomunikasi secara mandiri.
Jakarta, Beritasatu.com – Yayasan Pusat Inovasi dan Kemandirian Indonesia Raya atau yang biasa disebut Pikir Institut dibantu penyelenggara jasa internet atau ISP, menggelar kegiatan yang memberikan jalan bagi daerah-daerah terpencil atau tertinggal untuk menyediakan infrastruktur telekomunikasi secara mandiri. Kegiatan ini dibiayai dari perusahaan-perusahaan BUMN lewat program Bina Lingkungan.
Salah satu desa tempat program ini berlangsung adalah Dusun Koto Bangun, Desa Salo, di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Infrastruktur yang dibangun adalah telekomunikasi satelit, dengan menggunakan VSAT dan perangkat wifi. Kegiatan yang dibiayai oleh Bank Mandiri ini sukses menggelar jaringan internet untuk desa Salo di Riau dan memberikan internet bagi siswa dan warga.
“Penggunaan internet satelit ini menjadi solusi bagi daerah yang terletak jauh dari jaringan kabel fiber optik atau BTS selular. Dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingnya penggelaran BTS selular, internet bisa dikirimkan bahkan ke daerah yang sangat terpencil sekalipun,” ujar Faiza Ahmad dari Pikir Institut dalam keterangannya, Kamis (21/10/2021).
Dikatakan Faiza, aksi ini dilakukan dengan menyadari pembelajaran jarak jauh atau sekolah online masih harus dilakukan pelajar meski pandemi Covid-19 mereda. Saat ini baru 42% sekolah yang menggelar Pendidikan Tatap Muka (PTM) terbatas di seluruh Tanah Air. Sisanya, yakni 58%, masih melaksanakan pendidikan jarak jauh (PJJ).
Untuk dapat menggelar PTM, maka diperlukan internet yang stabil, selain aplikasi dan pemahaman penggunaan aplikasi. Sementara masih terdapat lebih dari 12 ribu desa yang belum tersentuh sinyal telekomunikasi.
Sedangkan dari seluruh desa yang sudah tersentuh sinyal, masih terdapat lebih dari 4.000 desa yang memperoleh sinyal kurang memadai. Akibatnya, banyak siswa sekolah yang tidak maksimal dalam belajar.
Bahkan banyak juga yang sampai putus sekolah karena kesulitan mengikuti pelajaran. Pada tahun 2020 terdapat lebih dari 159 ribu siswa yang putus sekolah.
“Akibat adanya pelaksanaan pembelajaran jarak jauh disaat pandemi Covid-19, banyak siswa sekolah yang tidak maksimal dalam belajar. Bahkan banyak juga yang sampai putus sekolah karena kesulitan mengikuti pelajaran. Disebutkannya pada tahun 2020 terdapat lebih dari 159.000 siswa yang putus sekolah. Sedangkan peraturan PTM yang baru diadakan belum dapat mengantisipasi permasalahan di lapangan, yaitu akses yang memadai,” tambahnya.
Sedangkan peraturan PTM yang baru diadakan belum dapat mengantisipasi permasalahan di lapangan, yaitu akses yang memadai.
Sumber: BeritaSatu.com